Lele Sangkuriang merupakan hasil  silang balik (back cross) antara lele F2  ♀ x F2-6 ♂ yang  dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi.  Hasil  silang  balik tersebut telah direalease sebagai varietas unggul  berdasarkan Keputusan  Menteri Kelautan dan Perikanan pada tahun 2004.  Dari hasil silangan tersebut  bertujuan untuk meningkatkan produktivitas  dan menghasilkan individu yang  memiliki sifat unggul. Adapun sifat  unggul yang diharapkan berupa produksi  benih, laju pertumbuhan,  resistensi terhadap penyakit serta kelangsungan hidup  yang secara  keseluruhan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
Adapun kegiatan yang telah dilakukan dalam upaya mempertahankan  kualitas lele  sangkuriang adalah (1) Perbanyakan lele Sangkuriang, (2)  Peremajaan lele Dumbo  F, dan (3) Perbanyakan lele Dumbo F6, (4)  Hibridisasi antar kelompok peremajaan,  dan (5) Uji keturunan lele hasil  hibridisasi. Sebagai Uji lanjut dalam kegiatan  tersebut maka perlu  dilakukan pengujian ulang terhadap keturunan hasil  perbanyakan  tersebut. Pada  tahun  2006 dilakukan uji silang balik antara kedua keturunan awal ide  sangkuriang.  Untuk itu, pada tahun 2007 perlu diiakukan lagi uji hasil  perkawinan antar  keturunan F2-2 atau (F3) dan F3-7  untuk melihat  perkembangan lele Sangkuriang ini. Diharapkan hasil dan  pengujian ini diperoleh  keturunan yang Iebih baik dari lele Sangkuriang  sebelumnya. 
Tujuan   
Tujuan  kegiatan ini adalah untuk mengetahui karakter lele Sangkuriang hasil perkawinan  F2-2 x F3-7 atau F3-7 x F2-2.
Target   
Target  kegiatan adalah mengetahui karakter lanjut Iele sangkuriang keturunan hasil  perkawinan F2-2 x F3-7 atau F3-7 x  F2-2.
Bahan dan  Alat   
Bahan yang  digunakan pada kegiatan ini antara ian: Induk ide F2-2 jantan dan  F3-7 betina atau sebaliknya, Pakan (Cacing Tubifex sp., pakan induk,  benih, dan pembesaran), Ovaprim, Pupuk, Kapur. Adapun   peralatan yang digunakan antara lain: timbangan, termometer, water  healer,  peralatan induce breeding, peralatan perikanan dan peralatan  packing.   
 
Metoda   
Pengelolaan  Induk   
Induk lele  jantan dan betina dipelihara dalam bak terpisah masing-masing yaitu di kolam,  tembok berukuran 7 x 1 x 1,5 m3 dengan kepadatan 10  ekor/m2.  Pada kolam induk tersebut diberikan aliran air dengan debit  yang  kecil. Pakan yang diberikan berupa pelet komersial dengan kandungan  protein  >25% sebanyak 3 % dari bobot biomass dengan frekuensi  pemberian sebanyak 2  kali per hari. Induk yang telah matang gonad,  diseleksi kemudian dipindahkan ke  dalam bak fiber dan dipuasakan selama  satu hari.   
Pemijahan dan  Penetasan telur   
Pemijahan   dilakukan secara buatan melalui proses penyuntikan menggunakan ovaprim  0,2  ml/kg. Induk jantan yang digunakan pada proses pemijahan ini  sebanyak dua ekor  dan induk betina juga dua ekor. Sperma dari  masing-masing induk diencerkan  dengan menggunakan NaCl 0.9% dengan  perbandingan 1:150 ml. Prosedur pemijahan  buatan selanjutnya sampai  dengan penetasan telur mengacu pada Sunarma (2004).   
Pendederan   
Larva  hasil  penetasan telur didederkan dalam bak fiber glass atau plastik  terpal (Pendederan  I) dan dilanjutkan di kolam tanah atau plastik  (terpal (Pendederan 2).  Pendederan I dilakukan di ruangan tertutup  (indoor) dalam bak fiber ukuran 4x2  m2 atau fiber bulat atau terpal ukuran 2 x 1 m2  dengan  kepadatan larva 20 ekor/It selama 2-3 minggu (Gambar 3). Pakan  diberikan secara  ad libithum berupa pakan alami cacing Tubifex sp  (minggu pertama), kombinasi  Tubifex sp dengan pakan buatan yang  dihancurkan (minggu kedua) dan pakan buatan  (minggu ketiga). Pendederan  satu menggunakan sistem air bening (clean water)  dilengkapi dengan  aerasi. Pada minggu pertama tidak dilakukan penggantian air  media, pada  minggu kedua air diganti setiap dua hari sekali dan pada minggu  ketiga  air diganti setiap hari. Pada akhir masa pemeliharaan pendederan I   dilakukan penyortiran ukuran untuk selanjutnya dibesarkan pada  pendederan 2.   
Pendederan  2  dilakukan di ruang terbuka (outdoor) dalam kolam tanah selama tiga  minggu. Pakan  diberikan sebanyak 15 % bobot biomass/hari (minggu  pertama dan minggu kedua) dan  5 % bobot bioamass/hari (minggu ketiga)  dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari.  Pakan berupa pelet yang  dihaluskan (minggu pertama dan mingggu kedua) dan pelet  apung diameter 2  mm (minggu ketiga). Pada akhir masa pemeliharaan pendederan 2   dilakukan penyortiran ukuran untuk dipelihara selanjutnya pada tahap  pembesaran.    
Pembesaran   
Benih  hasil  pendederan dipelihara pada dua tahap pembesaran. Pembesaran  pertama dilakukan  pada kolam dengan kepadatan 200 ekor/m2 dan 400 ekor/m2   selama 2 bulan. Pakan yang diberikan berupa pelet apung berdiameter 2  mm dengan  pemberian sebanyak 5 % bobot biomass/hari (bulan pertama) dan  3 % bobot  biomass/hari (bulan kedua) dengan frekuensi pemberian pakan 3  kali/hari. Pada  akhir masa pemeliharaan pembesaran pertama, dilakukan  penyortiran berdasarkan  abnormalitas ikan dan ukuran panjang dan  beratnya. Ukuran diatas standar  rata-rata terbesar yang seragam  kemudian dipelihara lebih lanjut pada pembesaran  kedua.   
Pembesaran  kedua dilakukan pada kolam dengan kepadatan 25 ekor/m2  selama empat  bulan. Pakan berupa pelet apung berdiameter 3 mm  diberikan sebanyak 3 % dengan  frekuensi pemberian pakan 3 kali/hari.  Pada akhir masa pemeliharaan pembesaran  kedua dilakukan penyortiran  ukuran untuk mendapatkan calon induk   
Uji tantang   
Untuk   mengetahui ketahanan terhadap penyakit, pada hasil progeni Iele  Sangkuriang  tersebut dilakukan uji tantang dengan bakteri Aeromonas hydrophyla dan  parasit Ichthyoptirius sp.   
Hasil dan  Pembahasan   
Kegiatan uji  performance dimulai dengan pengelolaan induk dan pemijahan tetua Iele  Sangkuriang yaitu induk Iele F3 dan F7 secara silang  diantara keduanya sehingga diperoleh kombinasi F3 x F3,   F7 x F3, F3 x F7 dan  F7xF7   
Hasil   kegiatan dari uji progeni ini diperoleh benih ukuran 8-12 cm sebanyak  3.227 ekor  (Tabel 1). Adapun hasil pengamatan pada tahap pemijahan yang  meliputi derajat  pembuahan (FR), derajat penetasan telur (HR),  sintasan 5 hari (SR) disajikan  pada Tabel 2. Sedangkan kegiatan  pendederan dan pembesaran, data yang  dikumpulkan meliputi pertumbuhan  dan sintasan yang ditampilkan pada Grafik 1 dan  2.   
Tabel  1. Rincian  Perolehan Benih Hasil Uji Progeni   
No.    |  Persilangan    |  Jumlah (Ekor)    | 
|   |  F3 X F 3.7    |  1.042    | 
|   |  F3 x F3    |  664    | 
|    |  F 3.7 X F 3.7    |  524    | 
|    |  F 3.7 X F 3    |  1.015    | 
Tabel  2. Data Hasil  Perhitungan FR, HR, SR   
No.    |  Persilangan    |  FR (%)    |  HR (%)    |  SR (%)    | 
|   |  F3 X F  3.7  |  100    |  86,91    |  86,91  | 
|    |  F3 x F3    |  99,61    |  100    |  100    | 
|    |  F 3.7 X F 3.7    |  99,07    |  87,90    |  87,90    | 
|    |  F 3.7 X F 3    |  100    |  100    |  100    | 
 Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa perolehan benih terbanyak adalah dari  hasil persilangan antara F3 ♀ x F3.7 ♂  yaitu sebanyak 1042  ekor hingga mencapai ukuran 8-12 cm. Hal ini  menunjukkan bahwa tingkat kelulusan  hidupnya (SR) mulai dari awal  pemijahan (86,91%) hingga pembesaran paling baik  dibandingkan dengan  hasil persilangan yang lain yaitu 37,71% (Gnaflk 2), namun  sebaliknya  pada tingkat pertumbuhan yang terlihat pada Grafik 1 di bawah ini  bahwa  hasil persilangan F3 ♀ x F3.7 ♂ menunjukkan angka  pertumbuhan yang peningkatannya stabil baik pertumbuhan panjang maupun  pertumbuhan beratnya.   
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa perolehan benih terbanyak adalah dari  hasil persilangan antara F3 ♀ x F3.7 ♂  yaitu sebanyak 1042  ekor hingga mencapai ukuran 8-12 cm. Hal ini  menunjukkan bahwa tingkat kelulusan  hidupnya (SR) mulai dari awal  pemijahan (86,91%) hingga pembesaran paling baik  dibandingkan dengan  hasil persilangan yang lain yaitu 37,71% (Gnaflk 2), namun  sebaliknya  pada tingkat pertumbuhan yang terlihat pada Grafik 1 di bawah ini  bahwa  hasil persilangan F3 ♀ x F3.7 ♂ menunjukkan angka  pertumbuhan yang peningkatannya stabil baik pertumbuhan panjang maupun  pertumbuhan beratnya.     
Kesimpulan yang dapat ditarik dan  kegiatan ini adalah:   
1.      Hasil uji progeni ini diperoleh  benih ukuran 8-12cm sebanyak 3227 ekor dengan perincian yaitu; F3 x  F3 sebanyak 664 ekor, F3 x F3.7 sebanyak 1024  ekor, F3.7 x F3 sebanyak 1015 ekor dan F37 x  F37 sebanyak 524 ekor.   
2.      Derajat pembuahan (FR) yang  tertinggi ditunjukkan dari hasil persilangan F3 x F3.7 dan  F3.7 x F3 yaitu sebesar 100%, derajat penetasan (HR) yang  tertinggi F3 x F3 dan F3.7 x F3  yaitu sebesar 100% dan sintasan larva umur 5 hari yang tertinggi ditunjukkan  oleh F3 x F3 dan F3.7 x F3 yaitu  sebesar 100%.
Sumber : BBPBAT, Sukabumi 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar