Demo Blog
Bibit Lele Palembang

MENYEDIAKAN BIBIT LELE BERBAGAI UKURAN

Nugraha 'Angga'
081368555989 / 0711-7955539
( RM. PONDOK SELERA )
JL. SOEKARNO HATTA 099A PALEMBANG


Persyaratan pembelian :

1. Melayani pembelian diatas 1000ekor (Palembang) 2500ekor (Luar Palembang)
2. Free ongkir minimal pembelian 3500ekor (palembang only)
3. Diutamakan yang telah memesan terlebih dahulu
4. Pemesanan di atas 50ribu benih harap di DP (minimal 3hari sebelum transaksi)


Apa keuntungan pembelian benih di BLP? :
1. Siap angkat ikan konsumsi dari hasil pembesaran benih BLP
2. Gratis informasi dan teknik budidaya pembenihan dan pembesaran lele
3. Gratis retur jika ada kematian dengan menyertakan bukti berupa foto/vidio (sesuai kesepakatan)
4. Gratis praktik pengolahan makanan dan obat herbal serta mengantisipasi air kualitas rendah
5. Gratis cek PH dan kualitas air

6. Gratis praktik pengolahan makanan dan obat herbal serta mengantisipasi air kualitas rendah


___________________________________________________________________


Mau belajar pembenihan lele teknik alami dan buatan?
Klik Bibit Lele Palembang

___________________________________________________________________

Lele Sangkuriang

by Bibit Lele Palembang on Nov.22, 2009, under ,

Lele Sangkuriang merupakan hasil silang balik (back cross) antara lele F2  ♀ x F2-6 ♂ yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Hasil silang balik tersebut telah direalease sebagai varietas unggul berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan pada tahun 2004. Dari hasil silangan tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan menghasilkan individu yang memiliki sifat unggul. Adapun sifat unggul yang diharapkan berupa produksi benih, laju pertumbuhan, resistensi terhadap penyakit serta kelangsungan hidup yang secara keseluruhan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.

Adapun kegiatan yang telah dilakukan dalam upaya mempertahankan kualitas lele sangkuriang adalah (1) Perbanyakan lele Sangkuriang, (2) Peremajaan lele Dumbo F, dan (3) Perbanyakan lele Dumbo F6, (4) Hibridisasi antar kelompok peremajaan, dan (5) Uji keturunan lele hasil hibridisasi. Sebagai Uji lanjut dalam kegiatan tersebut maka perlu dilakukan pengujian ulang terhadap keturunan hasil perbanyakan tersebut. Pada tahun 2006 dilakukan uji silang balik antara kedua keturunan awal ide sangkuriang. Untuk itu, pada tahun 2007 perlu diiakukan lagi uji hasil perkawinan antar keturunan F2-2 atau (F3) dan F3-7 untuk melihat perkembangan lele Sangkuriang ini. Diharapkan hasil dan pengujian ini diperoleh keturunan yang Iebih baik dari lele Sangkuriang sebelumnya. 

Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui karakter lele Sangkuriang hasil perkawinan F2-2 x F3-7 atau F3-7 x F2-2.
 
Target
Target kegiatan adalah mengetahui karakter lanjut Iele sangkuriang keturunan hasil perkawinan F2-2 x F3-7 atau F3-7 x F2-2.
 
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada kegiatan ini antara ian: Induk ide F2-2 jantan dan F3-7 betina atau sebaliknya, Pakan (Cacing Tubifex sp., pakan induk, benih, dan pembesaran), Ovaprim, Pupuk, Kapur. Adapun peralatan yang digunakan antara lain: timbangan, termometer, water healer, peralatan induce breeding, peralatan perikanan dan peralatan packing.
Metoda
Pengelolaan Induk
Induk lele jantan dan betina dipelihara dalam bak terpisah masing-masing yaitu di kolam, tembok berukuran 7 x 1 x 1,5 m3 dengan kepadatan 10 ekor/m2. Pada kolam induk tersebut diberikan aliran air dengan debit yang kecil. Pakan yang diberikan berupa pelet komersial dengan kandungan protein >25% sebanyak 3 % dari bobot biomass dengan frekuensi pemberian sebanyak 2 kali per hari. Induk yang telah matang gonad, diseleksi kemudian dipindahkan ke dalam bak fiber dan dipuasakan selama satu hari.
Pemijahan dan Penetasan telur
Pemijahan dilakukan secara buatan melalui proses penyuntikan menggunakan ovaprim 0,2 ml/kg. Induk jantan yang digunakan pada proses pemijahan ini sebanyak dua ekor dan induk betina juga dua ekor. Sperma dari masing-masing induk diencerkan dengan menggunakan NaCl 0.9% dengan perbandingan 1:150 ml. Prosedur pemijahan buatan selanjutnya sampai dengan penetasan telur mengacu pada Sunarma (2004).
Pendederan
Larva hasil penetasan telur didederkan dalam bak fiber glass atau plastik terpal (Pendederan I) dan dilanjutkan di kolam tanah atau plastik (terpal (Pendederan 2). Pendederan I dilakukan di ruangan tertutup (indoor) dalam bak fiber ukuran 4x2 m2 atau fiber bulat atau terpal ukuran 2 x 1 m2 dengan kepadatan larva 20 ekor/It selama 2-3 minggu (Gambar 3). Pakan diberikan secara ad libithum berupa pakan alami cacing Tubifex sp (minggu pertama), kombinasi Tubifex sp dengan pakan buatan yang dihancurkan (minggu kedua) dan pakan buatan (minggu ketiga). Pendederan satu menggunakan sistem air bening (clean water) dilengkapi dengan aerasi. Pada minggu pertama tidak dilakukan penggantian air media, pada minggu kedua air diganti setiap dua hari sekali dan pada minggu ketiga air diganti setiap hari. Pada akhir masa pemeliharaan pendederan I dilakukan penyortiran ukuran untuk selanjutnya dibesarkan pada pendederan 2.
Pendederan 2 dilakukan di ruang terbuka (outdoor) dalam kolam tanah selama tiga minggu. Pakan diberikan sebanyak 15 % bobot biomass/hari (minggu pertama dan minggu kedua) dan 5 % bobot bioamass/hari (minggu ketiga) dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Pakan berupa pelet yang dihaluskan (minggu pertama dan mingggu kedua) dan pelet apung diameter 2 mm (minggu ketiga). Pada akhir masa pemeliharaan pendederan 2 dilakukan penyortiran ukuran untuk dipelihara selanjutnya pada tahap pembesaran.
Pembesaran
Benih hasil pendederan dipelihara pada dua tahap pembesaran. Pembesaran pertama dilakukan pada kolam dengan kepadatan 200 ekor/m2 dan 400 ekor/m2 selama 2 bulan. Pakan yang diberikan berupa pelet apung berdiameter 2 mm dengan pemberian sebanyak 5 % bobot biomass/hari (bulan pertama) dan 3 % bobot biomass/hari (bulan kedua) dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali/hari. Pada akhir masa pemeliharaan pembesaran pertama, dilakukan penyortiran berdasarkan abnormalitas ikan dan ukuran panjang dan beratnya. Ukuran diatas standar rata-rata terbesar yang seragam kemudian dipelihara lebih lanjut pada pembesaran kedua.
Pembesaran kedua dilakukan pada kolam dengan kepadatan 25 ekor/m2 selama empat bulan. Pakan berupa pelet apung berdiameter 3 mm diberikan sebanyak 3 % dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali/hari. Pada akhir masa pemeliharaan pembesaran kedua dilakukan penyortiran ukuran untuk mendapatkan calon induk
Uji tantang
Untuk mengetahui ketahanan terhadap penyakit, pada hasil progeni Iele Sangkuriang tersebut dilakukan uji tantang dengan bakteri Aeromonas hydrophyla dan parasit Ichthyoptirius sp.
Hasil dan Pembahasan
Kegiatan uji performance dimulai dengan pengelolaan induk dan pemijahan tetua Iele Sangkuriang yaitu induk Iele F3 dan F7 secara silang diantara keduanya sehingga diperoleh kombinasi F3 x F3,  F7 x F3, F3 x F7 dan F7xF7
Hasil kegiatan dari uji progeni ini diperoleh benih ukuran 8-12 cm sebanyak 3.227 ekor (Tabel 1). Adapun hasil pengamatan pada tahap pemijahan yang meliputi derajat pembuahan (FR), derajat penetasan telur (HR), sintasan 5 hari (SR) disajikan pada Tabel 2. Sedangkan kegiatan pendederan dan pembesaran, data yang dikumpulkan meliputi pertumbuhan dan sintasan yang ditampilkan pada Grafik 1 dan 2.
Tabel 1. Rincian Perolehan Benih Hasil Uji Progeni
No.
Persilangan
Jumlah (Ekor)

F3 X F 3.7
1.042

F3 x F3
664

F 3.7 X F 3.7
524

F 3.7 X F 3
1.015
Tabel 2. Data Hasil Perhitungan FR, HR, SR
No.
Persilangan
FR (%)
HR (%)
SR (%)

F3 X F 3.7
100
86,91
86,91

F3 x F3
99,61
100
100

F 3.7 X F 3.7
99,07
87,90
87,90

F 3.7 X F 3
100
100
100
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa perolehan benih terbanyak adalah dari hasil persilangan antara F3 ♀ x F3.7 ♂ yaitu sebanyak 1042 ekor hingga mencapai ukuran 8-12 cm. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelulusan hidupnya (SR) mulai dari awal pemijahan (86,91%) hingga pembesaran paling baik dibandingkan dengan hasil persilangan yang lain yaitu 37,71% (Gnaflk 2), namun sebaliknya pada tingkat pertumbuhan yang terlihat pada Grafik 1 di bawah ini bahwa hasil persilangan F3 ♀ x F3.7 ♂ menunjukkan angka pertumbuhan yang peningkatannya stabil baik pertumbuhan panjang maupun pertumbuhan beratnya.
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa perolehan benih terbanyak adalah dari hasil persilangan antara F3 ♀ x F3.7 ♂ yaitu sebanyak 1042 ekor hingga mencapai ukuran 8-12 cm. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelulusan hidupnya (SR) mulai dari awal pemijahan (86,91%) hingga pembesaran paling baik dibandingkan dengan hasil persilangan yang lain yaitu 37,71% (Gnaflk 2), namun sebaliknya pada tingkat pertumbuhan yang terlihat pada Grafik 1 di bawah ini bahwa hasil persilangan F3 ♀ x F3.7 ♂ menunjukkan angka pertumbuhan yang peningkatannya stabil baik pertumbuhan panjang maupun pertumbuhan beratnya.
Kesimpulan yang dapat ditarik dan kegiatan ini adalah:
1.      Hasil uji progeni ini diperoleh benih ukuran 8-12cm sebanyak 3227 ekor dengan perincian yaitu; F3 x F3 sebanyak 664 ekor, F3 x F3.7 sebanyak 1024 ekor, F3.7 x F3 sebanyak 1015 ekor dan F37 x F37 sebanyak 524 ekor.
2.      Derajat pembuahan (FR) yang tertinggi ditunjukkan dari hasil persilangan F3 x F3.7 dan F3.7 x F3 yaitu sebesar 100%, derajat penetasan (HR) yang tertinggi F3 x F3 dan F3.7 x F3 yaitu sebesar 100% dan sintasan larva umur 5 hari yang tertinggi ditunjukkan oleh F3 x F3 dan F3.7 x F3 yaitu sebesar 100%.
Sumber : BBPBAT, Sukabumi
0 komentar more...

0 komentar

Bibit Lele Palembang. Diberdayakan oleh Blogger.